Mengomentari
Pembacaan Puisi Baru 12.1
Mengomentari
Pembacaan Puisi Baru tentang Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat
Puisi
dibangun atas dua unsur utama, yaitu lapis bentuk dan lapis arti. Lapis bentuk
puisi berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan
intonasi. OIeh karena itu, keindahan bentuk sebuah puisi baru benar-benar dapat
dinikmati jika dibacakan atau diperdengarkan . Namun, pembacaan yang dilakukan
dengan asal asalan tentu juga tidak akan mampu mempersembahkan keindahan itu.
Agar keindahannya dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus
dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat,
dan dengan pengekspresian yang proporsional.
Seringkali puisi yang sebenarnya sangat indah, menjadi biasa saja karena dibacakan secara monoton atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau pemenggalan frasa/baris, pengekspresian yang berlebihan dan sebagainya..
Seringkali puisi yang sebenarnya sangat indah, menjadi biasa saja karena dibacakan secara monoton atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau pemenggalan frasa/baris, pengekspresian yang berlebihan dan sebagainya..
Simaklah
baik-baik pembacaan puisi berikut ini.
Koran Pagi
Koran pagi masih mengepul di atas meja. Wartawan itu belum juga
Menyantapnya. la masih tertidur di kursi
Setelah seharian digesa-gesa berita.
Seperti biasa, untuk melawan pening ia menepuk kening.
Lolos dari deadline, ia terlelap. Capeknya lengkap.
Tahun-tahun memutih pada uban yang letih.
Entah sudah berapa orang peristiwa,berapa ya.
Melintasi jalur-jalur waktu di kerut wajah.
Ke suaka ingatan mereka hijrah.
Almarhum bapaknya sebenarnya tak suka ia susah-susah
jadi reporter. Lebih baik jadi artis yang kerjanya
diuber-uber wartawan. lbunya berharap ia jadi dokter
agar dapat merawat tubuhnya sendiri yang sakit-sakitan.
Siang itu, bersama teman-teman sekelasnya ia sedang
Berlatih mengarang. Sementara kawan-kawannya sibuk
Bermain kata, ia bengong saja sambil menggigit-gigit pena
Meskipun bu guru berkali - kali mengingatkan
bahwa cara terbaik untuk rnulai menulis adalah menulis.
Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba terjadi kebakaran.
Bu guru dan murid-muridnya segera berhamburan keluar.
Belakangan beredar kabar bahwa gedung sekolahnya
Sengaja dibakar komplotan perusuh berlagak pahlawan.
Saat itu, situasi memang sedang rawan, penuh pergolakan
Tanpa menghiraukan bahaya, bocah bego itu malah
sibuk mencari-cari pena yang terjatuh dari meja.
Bu guru nekat menyusulnya, sementara api makin berkobar
dan semua panik: jangan-jangan mereka ikut terbakar.
Setelah pensiun, bu guru yang pintar itu sibuk mengurus
kios Koran kebanggaannya. Sedangkan muridnya
yang suka bengong kini sedang lelap di kursi, matanya
setengah terbuka. Koran pagi masih mengepul di atas meja.
Joko pinurbo [2003]
Koran Pagi
Koran pagi masih mengepul di atas meja. Wartawan itu belum juga
Menyantapnya. la masih tertidur di kursi
Setelah seharian digesa-gesa berita.
Seperti biasa, untuk melawan pening ia menepuk kening.
Lolos dari deadline, ia terlelap. Capeknya lengkap.
Tahun-tahun memutih pada uban yang letih.
Entah sudah berapa orang peristiwa,berapa ya.
Melintasi jalur-jalur waktu di kerut wajah.
Ke suaka ingatan mereka hijrah.
Almarhum bapaknya sebenarnya tak suka ia susah-susah
jadi reporter. Lebih baik jadi artis yang kerjanya
diuber-uber wartawan. lbunya berharap ia jadi dokter
agar dapat merawat tubuhnya sendiri yang sakit-sakitan.
Siang itu, bersama teman-teman sekelasnya ia sedang
Berlatih mengarang. Sementara kawan-kawannya sibuk
Bermain kata, ia bengong saja sambil menggigit-gigit pena
Meskipun bu guru berkali - kali mengingatkan
bahwa cara terbaik untuk rnulai menulis adalah menulis.
Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba terjadi kebakaran.
Bu guru dan murid-muridnya segera berhamburan keluar.
Belakangan beredar kabar bahwa gedung sekolahnya
Sengaja dibakar komplotan perusuh berlagak pahlawan.
Saat itu, situasi memang sedang rawan, penuh pergolakan
Tanpa menghiraukan bahaya, bocah bego itu malah
sibuk mencari-cari pena yang terjatuh dari meja.
Bu guru nekat menyusulnya, sementara api makin berkobar
dan semua panik: jangan-jangan mereka ikut terbakar.
Setelah pensiun, bu guru yang pintar itu sibuk mengurus
kios Koran kebanggaannya. Sedangkan muridnya
yang suka bengong kini sedang lelap di kursi, matanya
setengah terbuka. Koran pagi masih mengepul di atas meja.
Joko pinurbo [2003]
Bagaimana
pembacaan puisi di atas, apakah mampu menampilkan keindahan puisi?
Berdiskusilah dengan beberapa temanmu untuk memberikan tanggapan dengan panduan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apakah pembaca sudah memahami dan menguasai isi puisi yang dibacakan?
2. Apakah pembaca sudah menjiwai/meresapkan isi puisi?
3. Apakah penjiwaannya sudah tepat sesuai isi puisi dan proporsional {tidak berlebihan}?
4. Apakah pembaca sudah memperlihatkan mimik selaras dengan isi puisi?
5. Apakah pembaca sudah mengucapkan kata-kata dengan pelafalan atau artikulasi secara tepat? Adakah logat atau aksen yang memengaruhi pengucapannya?T unjukkan jika ada.
6. Apakah pembaca sudah membacakan puisi dengan intonasinya yang tepat?
1. Apakah pembaca sudah memahami dan menguasai isi puisi yang dibacakan?
2. Apakah pembaca sudah menjiwai/meresapkan isi puisi?
3. Apakah penjiwaannya sudah tepat sesuai isi puisi dan proporsional {tidak berlebihan}?
4. Apakah pembaca sudah memperlihatkan mimik selaras dengan isi puisi?
5. Apakah pembaca sudah mengucapkan kata-kata dengan pelafalan atau artikulasi secara tepat? Adakah logat atau aksen yang memengaruhi pengucapannya?T unjukkan jika ada.
6. Apakah pembaca sudah membacakan puisi dengan intonasinya yang tepat?
Kemukakan
tanggapanmu secara lisan dengan bahasa yang baik.
Ada
tiga hal penting yang harus selalu diperhatikan pada saat membacakan puisi,
vaitu lafal, intonasi, dan ekspresi.
Lafal
(artikulasi) berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Pengucapan kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi oleh
pengucapan bahasa daerah. Hal itu harus
dihindari karena akan merusak keindahan puisi yang dibacakan. Pengucapan
kata-kata harus tepat dan dijaga kemumiannya dari aksen atau logat daerah tertentu. Artikulasi atau cara
pengucapan ini erat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat.
Intonasi
atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya
pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama.
Irama merupakan unsur sangat penting dan
jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama puisi
tercipta dengan melakukan intonasi.
Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi,
yaitu sebagai berikut:
a) Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b) Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
c) Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
a) Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b) Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
c) Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Ekspresi
ialah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi puisi. Penjiwaan
puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan makna
puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya pasti
juga akan tidak mengena. Penjiwaaan isi puisi terungkap lewat mimik
(gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh). Ekspresi yang
baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.
puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan makna
puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya pasti
juga akan tidak mengena. Penjiwaaan isi puisi terungkap lewat mimik
(gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh). Ekspresi yang
baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.
Uji Kompetensi
1. Apakah yang dimaksud artikulasi?
2. Apakah yang dimaksud irama?
3. Apakah yang dimaksud dengan intonasi?
4. Apakah bedanya antara intonasi nada dan dinamik?
5. Melalui apa saja penjiwaan isi puisi dapat terekspresikan?